GARUDA

GARUDA
Gambar ini di tampilkan karena judul blog saya adalah ''i love indonesia''

NEGARA INDONESIA

NEGARA INDONESIA
INDONESIA merupakan negara yang berpulau-pulau, negara indonesia sangat kaya akan rempah-rempahnya.

Presiden RI pertama Ir . SOEKARNO

Presiden RI pertama Ir . SOEKARNO

PRESIDEN KE-2 SOEHARTO

PRESIDEN KE-2 SOEHARTO

PRESIDEN KE-3 BJ HABIBI

PRESIDEN KE-3 BJ HABIBI
Beliau sangatlah pintar, ia adalah seorang tokoh yang terkenal akan kepintarannya merancang sebuah pesawat.

PRESIDEN KE-4 ABDURRAHMAN WAHID

PRESIDEN KE-4 ABDURRAHMAN WAHID

PRESIDEN KE-5 MEGAWATI SOEKARNO POETRI

PRESIDEN KE-5 MEGAWATI SOEKARNO POETRI
Beliau adalah perempuan walaupun beliaw perempuan tapi dia sangat pintar berbicara dan terampil.

PRESIDEN KE-6 SUSILO BAMBANG YUDOYONO(SBY)

PRESIDEN KE-6 SUSILO BAMBANG YUDOYONO(SBY)
Inilah para pemimpin NEGARA INDONESIA, dan sekarang yang jadi presiden kita adaLah SUSILO BAMBANG YUDOYONO(SBY) Periode 2010-0014, kita harus menjaganya presiden kita SBY semoga beliau menjadi pemimpin yang bijaksana dan mengasihi rakyatnya.SBY salah satu tokoh di dunia.

Mengenai Saya

Foto saya
Cianjur, Cianjur-Jawa barat, Indonesia
Nama saya Fajar maulana, saya ingin sekali menjadi guru. saya ingin sekali ,Menjadi guru, jagalah kebudayaan indonesia, kita adalah penerus bangsa jadi kita harus menjaganya. Yang saya inginkan ayo kita sama-sama melestarikan budaya indonesia. saya sangat mengharapkannya. saya juga ingi menjadi seorang musisi seperti artis-artis yang lain ingin seali. saa jangan menyerah, saya akan menggapai cita-cita itu. Saya sangat pengen baget menjadi seorang guru. saya mempunyai sahabat yaitu :andre dia sangat istimewa andre adalah buduk alias BUDI ANDUK. Aku sangat sedih sekali mengapa ini terjadi kepadaku, aku merasa bersalah. Maafkan aku CINTA

Daftar situs dan blog yang Saya

Sabtu, 17 Oktober 2009

Presiden pertama Republik Indonesia sebagai seorang guru besar dan teladan bagi kita, semangatnya dan perjuangannya untuk membentuk negara kesatuan Republik Indonesia. Berikut ini adalah biografi beliau
Presiden Pertama NKRI, Ir. Soekarno, kerap di panggil dengan sebutan Bung Karno, nama kecilnya adalah Kusno. Beliau lahir di Blitar, Jatim, 6 Juni 1901, dan wafat di Jakarta tanggal 21 Juni 1970, dengan gelar sebagai Pahlawan Proklamator.
Jabatannya sebagai Presiden RI dari tahun 1945 -1966. Beliau memiliki tiga orang istri dan delapan orang anak, yaitu
Isteri Fatmawati, anak: Guntur, Megawati ( sebagai Presiden RI yang Ke 5 ), Rachmawati, Sukmawati dan Guruh
Isteri Hartini, anak: Taufan dan Bayu
Isteri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto, anak: Kartika.
Nama Ayah Beliau adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo, dan Ibu bernama Ida Ayu Nyoman Rai
Pendidikan:
HIS di Surabaya (indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam)
HBS (Hoogere Burger School) lulus tahun 1920
THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB) di Bandung lulus 25 Mei 1926
Ajaran:
Marhaenisme
Kegiatan Politik:
Mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia) pada 4 Juli 1927
Dipenjarakan di Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929
Bergabung memimpin Partindo (1931)
Dibuang ke Ende, Flores tahun 1933 dan Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Merumuskan Pancasila 1 Juni 1945
Bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945


Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Soekarno (Bung Karno) Presiden Pertama Republik Indonesia, 1945- 1966, menganut ideologi pembangunan ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Proklamator yang lahir di Blitar, Jatim, 6 Juni 1901 ini dengan gagah mengejek Amerika Serikat dan negara kapitalis lainnya: “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu.
Ia mengajak negara-nega-ra sedang berkembang (baru merdeka) bersatu. Pemimpin Besar Revolusi ini juga berhasil mengge-lorakan semangat revolusi bagi bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI.
Tokoh pencinta seni ini memiliki slogan yang kuat menggantungkan cita-cita setinggi bintang untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan sejahtera, adil makmur. Ideologi pembangunan yang dianut pria yang berasal dari keturunan bangsawan Jawa (Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, suku Jawa dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, suku Bali), ini bila dilihat dari buku Pioneers in Development, kira-kira condong menganut ideologi pembangunan yang dilahirkan kaum ekonom yang tak mengenal kamus bahwa membangun suatu negeri harus mengemis kepada Barat. Tapi bagi mereka, haram hukumnya meminta-minta bantuan asing. Bersentuhan dengan negara Barat yang kaya, apalagi sampai meminta bantuan, justru mencelakakan si melarat (negara miskin).
Bagi Bung Karno, yang ketika kecil bernama Kusno, ini tampaknya tak ada kisah manis bagi negara-negara miskin yang membangun dengan modal dan bantuan asing. Semua tetek bengek manajemen pembangunan yang diperbantukan dan arus teknologi modern yang dialihkan — agar si miskin jadi kaya dan mengejar Barat — hanyalah alat pengisap kekayaan si miskin yang membuatnya makin terbelakang.
Itulah Bung Karno yang berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak berdiri di atas kaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (noekolonialisme).
Masa kecil Bung Karno sudah diisi semangat kemandirian. Ia hanya beberapa tahun hidup bersama orang tua di Blitar. Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjut di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu ia pun telah menggembleng jiwa nasio-nalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, ia pindah ke Bandung dan me-lanjutkan ke THS (Technische Hooge-school atau Sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, ia merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, si penjajah, menjebloskannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul ‘Indonesia Menggugat’, dengan gagah berani ia menelanjangi kebobrokan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas (1931), Bung Karno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, ia kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya, ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik sangat hebat. Ia pun tak mau membubarkan PKI yang dituduh oleh mahasiswa dan TNI sebagai dalang kekejaman pembunuh para jenderal itu. Suasana politik makin kacau. Sehingga pada 11 Maret 1966 ia mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto untuk mengendalikan situasi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar. Tapi, inilah awal kejatuh-annya. Sebab Soeharto menggunakan Supersemar itu membubarkan PKI dan merebut simpati para politisi dan mahasiswa serta ‘merebut’ kekuasaan. MPR mengukuhkan Supersemar itu dan menolak pertanggungjawaban Soekarno serta mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden.
Kemudian Bung Karno ‘dipenjarakan’ di Wisma Yaso, Jakarta. Kesehatannya terus memburuk. Akhirnya, pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Paduka Yang Mulia Pemimpin Besar Revolusi ini meninggalkan 8 orang anak. Dari Fatmawati mendapatkan lima anak yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari Hartini mendapat dua anak yaitu Taufan dan Bayu. Sedangkan dari Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mendapatkan seorang putri yaitu Kartika.
Orator Ulung
Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai orator yang ulung, yang dapat berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialis-me dan imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa, kekuatan rakyat.
“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno, dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Suatu ungkapan yang cukup jujur dari seorang orator besar.
Gejala berbahasa Bung Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang. Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan kepribadiannya. Hal ini tercermin dalam autobiografi, karangan-karangan dan buku-buku sejarah yang memuat sepak terjangnya.
Ia adalah seorang cen-dekiawan yang meninggal-kan ratusan karya tulis dan beberapa naskah dra-ma yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbit-kan dengan judul “Diba-wah Bendera Revolusi”, dua jilid. Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan paling penting karena mewakili diri Soekarno sebagai Soekarno.
Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut tulisan pertama yang bermula dari tahun 1926, dengan judul “Nasionalis-me, Islamisme, dan Marxisme” adalah paling menarik dan mungkin paling penting sebagai titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa mudanya, seorang pemuda berumur 26 tahun.
Di tengah kebesarannya, sang orator ulung dan penulis piawai, ini selalu membutuhkan dukungan orang lain. Ia tak tahan kesepian dan tak suka tempat tertutup.
Di akhir masa kekuasaannya, ia sering merasa kesepian. Dalam autobio-grafinya yang disusun oleh Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat itu, bercerita. “Aku tak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat tidur barang sekejap. Kadang-kadang, di larut malam, aku menelepon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu dan kataku, ‘Bandrio datanglah ke tempat saya, temani saya, ceritakan padaku sesuatu yang ganjil, ceritakanlah suatu lelucon, berceritalah tentang apa saja asal jangan mengenai politik. Dan kalau saya tertidur, maafkanlah…. Untuk pertama kali dalam hidupku aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalu lelah.”
Dalam bagian lain disebutkan, “Ditinjau secara keseluruhan maka jabatan presiden tak ubahnya seperti suatu pengasingan yang terpencil… Seringkali pikiran oranglah yang berubah-ubah, bukan pikiranmu… Mereka turut menciptakan pulau kesepian ini di sekelilingmu.”
Anti Imperialisme
Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat kehormatan menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat. Sebagaimana dilaporkan New York Times (halaman pertama) pada hari berikutnya, dalam pidato itu dengan gigih ia menyerang kolonialisme.
“Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggu kolonialisme, telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad. Tetapi, perjuangan itu masih belum selesai. Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada di bawah dominasi kolonial, masih belum bisa menikmati kemerdekaan?” pekik Soekarno ketika itu.
Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan imperialisme, serta cukup kritis terhadap negara-negara Barat, ia mendapat sambutan luar biasa di Amerika Serikat (AS).
Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dan sikap-sikap Bung Karno yang sejak masa mudanya antikolonialisme. Terutama pada periode 1926-1933, semangat antikolonialisme dan anti-imperialisme itu sudah jelas dikedepankannya.
Sangat jelas dan tegas ingatan kolektif dari pahitnya kolonialisme yang dilakukan negara asing yang kaya itu. Namun, kata dan fakta adalah dua hal yang berbeda, dan tak jarang saling bertolak belakang.
Soekarno dan para penggagas nasionalisme lainnya dipaksa bergulat di antara “kata” dan “fakta” politik yang dicoba dirajut namun ternyata tidak mudah, dan tak jarang menemui jalan buntu.
Soekarno yang rajin berkata-kata, antara lain mengenai gagasan besarnya menyatukan kaum nasionalis, agama dan komunis (1926) menemukan kenyataan yang sama sekali bertolak belakang, ketika ia mencobanya menjadi fakta. Begitu pula gagasan besarnya yang lain: marhaenisme, atau nasionalisme marhaenistis, yang matang dikonsepsikan pada tahun 1932. Bahkan, gagasannya mengenai Pancasila.
Tokoh Kontroversial
Sebagai sosok yang memiliki prinsip tegas, Bung Karno kerap dianggap sebagai tokoh kontroversial. Maka tak heran jika dia memiliki lawan maupun kawan yang berani secara terang-terangan mengritik maupun membela pandangannya. Di mata lawan-lawan politiknya di Tanah Air, ia dianggap mewakili sosok politisi kaum abangan yang “kurang islami”. Mereka bahkan menggolongkannya sebagai gembong kelompok “nasionalis sekuler”.
Akan tetapi, di mata Syeikh Mahmud Syaltut dari Cairo, penggali Pancasila itu adalah Qaida adzima min quwada harkat al-harir fii al-balad al-Islam (Pemimpin besar dari gerakan kemerdekaan di negeri-negeri Islam). Malahan, Demokrasi Terpimpin, yang di dalam negeri diperdebatkan, justru dipuji oleh syeikh al-Azhar itu sebagai, “lam yakun ila shuratu min shara asy syuraa’ allatiy ja’alha al-Qur’an sya’ana min syu’un al-mu’minin” (tidak lain hanyalah salah satu gambaran dari permusyawaratan yang dijadikan oleh Al Quran sebagai dasar bagi kaum beriman).
Tatkala memuncak ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab soal status Palestina ketika itu, pers sensasional Arab menyambut Bung Karno, “Juara untuk kepentingan-kepentingan Arab telah tiba”. Begitu pula, Tahta Suci Vatikan memberikan tiga gelar penghargaan kepada presiden dari Republik yang mayoritas Muslim itu.
Memang, pembelaan Bung Karno terhadap kaum tertindas tidak hanya untuk negerinya namun juga negeri lain. Itulah sebabnya, mengapa ia dipuja habis oleh bangsa Arab yang tengah menghadapi serangan Israel kala itu. Bung Karno dianggap sebagai pemimpin kaum Muslim. Padahal, di dalam negeri sendiri ia kerap dipandang lebih sebagai kaum abangan daripada kaum santri.
Sebenarnya, seberapa religiuskah Bung Karno? Bukankah ia juga dalam konsepsi Pancasila merumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa? Sila yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan mengakui lima agama. Bagaimana mungkin merangkum visi lima agama itu dalam satu kalimat yang mendasar itu kalau si pembuat kalimat tidak memahami konteks kehidupan beragama di Indonesia secara benar?
Dalam hal ini elok dikutip pendapat Clifford Geertz Islam Observed (1982): “Gaya religius Soekarno adalah gaya Soekarno sendiri.” Betapa tidak? Kepada Louise Fischer, Bung Karno pernah mengaku bahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, dan Hindu. Di mata pengamat seperti Geertz, pengakuan semacam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansif seolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”. Sebaliknya, ungkapan semacam itu-pada hemat BJ Boland dalam The Struggle of Islam in Modern Indonesia (1982)- “hanya merupakan perwujudan dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa”. Bagi penghayatan spiritual Timur, ucapan itu justru “merupakan keberanian untuk menyuarakan berbagai pemikiran yang mungkin bisa dituduh para agamawan formalis sebagai bidah”.
Sistem Politik
Soekarno memiliki pandangan mengenai sistem politik yang didukungnya adalah yang paling “cocok” dengan “kepribadian” dan “budaya” khas bangsa Indonesia yang konon mementingkan kerja sama, gotong-royong, dan keselarasan. Dalam retorika, ia mengecam “individualisme” yang katanya lahir dari liberalisme Barat. Individualisme itu melahirkan egoisme, dan ini terutama dicerminkan oleh pertarungan antarpartai.
Lalu ia mencetuskan Demokrasi Terpimpin. Dalam berpolitik Soekarno mementingkan politik mobilisasi massa, ia bersimpati pada gerakan-gerakan anti-imperialisme, dan mungkin sebagai salah satu konsekuensinya, penerimaannya pada Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai aktor politik yang sah, pendukung konsepsi demokrasi terpimpin. Jadi ia mencanangkan sistem politik yang berwatak anti-liberal dan curiga pada pluralisme politik. Ia mementingkan “persatuan” demi “revolusi”.
Pada tahun 1950-an, Indonesia memang ditandai oleh ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh sistem demokrasi parlementer. Sistem ini bersifat sangat liberal, dan didominasi oleh partai-partai politik yang menguasai parlemen. Pemilu 1955-yang dimenangkan empat kekuatan besar, Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU) serta PKI- hingga kini masih dianggap sebagai pemilu paling bebas dan bersih yang pernah dilaksanakan sepanjang sejarah Indonesia. Namun, di sisi lain dari sistem parlemen yang dikuasai partai itu adalah sering jatuh bangunnya kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa integritas nasional terus-menerus diancam oleh berbagai gerakan separatis, yakni DI/TI, PRRI/Permesta, dan sebagainya.

Kenyataan ini membuat Soekarno makin curiga pada partai politik karena dia menganggap Masyumi, dan juga PSI, terlibat dalam beberapa pemberontakan daerah.
Kemudian, Soekarno mendekritkan kembalinya Indonesia pada UUD 1945 karena kegagalan Konstituante untuk memutuskan UUD baru untuk Indonesia, akibat perdebatan berlarut-larut, terutama antara kekuatan nasionalis sekuler dan kekuatan Islam mengenai dasar negara.

PAKAIAN KAHAS INDONESIA

Kebetulan karena menonton sekilas program grand launching “visit indonesia 2008″ di TV malam ini, tiba-tiba saya jadi ingat masa-masa ketika masih SD. Yah kalau ditanya kapan saat-saat saya merasakan paling mengenal dan dekat dengan budaya indonesia kayaknya waktu jaman-jaman SD. Masih ingat ada buku pintar dan atlas hehehe media yang membuatku tahu tentang budaya indonesia. Entah ini juga dialami oleh anak-anak lain atau tidak, tapi dulu saya suka melihat gambar-gambar rumah adat, daerah-daerah wisata, dan pakaian adat yang ada di atlas. Kesimpulannya adalah saya terkagum-kagum oleh keberagaman budaya indonesia sedangkan secara spesifik saya suka dengan keindahan atribut budaya Minangkabau (bukan bermaksud kedaerahan cuma kebetulan dulu segala yang berbau budaya, maka sumatera barat selalu menjadi andalanku, entah ini krn latar belakang ibu saya ato gk, saya juga tidak menyadarinya).
Jadi tuh, kalau dulu saya dan teman SD membuka atlas pasti kami rebutan memilih rumah adat apa yang paling kami suka dan pasti ketebak donk apa yang kusuka yaitu rumah gadang. Alasannya kenapa? yah merasa itu megah saja dan indah… Tapi selain rumah gadang dulunya saya juga suka melihat rumah betawi entah karena terbiasa melihatnya di tontonan televisi namun juga lebih kepada kesederhanaannya. Saya membayangkan kalau rumah pribadi saya haruslah rumah adat maka mungkin saya akan memilih rumah betawi.
trus berikutnya pasti kita melihat pakaian-pakaian adat. Nah ini nih sulit nih karena pakaian adat itu cantik-cantik,,, hooo tapi lagi-lagi pasti bisa ketebak kan kira-kira pakaian adat yang cantik menurutku yaitu pakaian dari minangkabau (baju kurung). Alasannya yah cantik,, apalagi ada mahkota seperti atap rumah gadang hehehe dan mungkin alasan lainnya karena sebenarnya saya punya baju kurung yang dibelikan oleh ibu saya tapi sayangnya ukurannya untuk dewasa sedangkan saya dulu masih kecil akhirnya ada ambisi untuk memakainya suatu waktu (tapi lucunya sampai skrg blm pernah saya pakai hehehe). Selain baju kurung itu, saya justru juga suka pakaian adat dari jawa (sayangnya saya gak ingat, dari barat, tengah, timur ato jogja) yaitu semacam kebaya plus ada bunga melati (itu pakaian dari mana yah). Sebenarnya kalau gak salah ingat tuh pakaian daerah jawa hampir2 mirip semua cuma waktu itu saya milih itu karena modelnya cantik hahaha. Pakaian adat tersebut menurut saya pakaian itu cocok untuk jadi pakaian pengantin dibandingin baju kurung. Kemudian, ternyata saya pun baru tahu ketika membandingkan dengan foto pernikahan orangtuaku, baju pernikahan adat minangkabau bukan baju kurung yang di atlas justru lebih cantik dan megah – gambar di samping kanan.
Pengalaman lain tentang budaya indonesia yang selalu kukenang yaitu waktu kelas 5 SD, kami disuruh menyanyi lagu daerah masing-masing di depan kelas satu persatu. Nah, saya merasa bahasa minang lebih mudah daripada bahasa bugis akhirnya saya pun memilih lagu dari minang “kampuang nan jauh di mato” *waktu itu chikita meidy belum sempat nyanyiin* plus karena di kelas saya satu-satunya ada keturunan minang. Yah supaya berbeda sendiri. Nah yang lucu tuh waktu mau nyanyi, jadi sebelum saya nyanyi tuh ada temen saya co yang nyanyi lagu daerah dari toraja *kalau gk salah* dan dia nangis,,, huuu terharu deh karena dia posisinya sedang terpisah ma keluarganya yang ada di toraja (daerah di sulawesi selatan). Kemudian, bisa ketebak donk akhirnya pas saya yang nyanyi terpancing juga jadi nangis juga nyanyiin lagu “kampuang nan jauh di mato” huahahaha kalau ingat skrg rasanya lucu banget. Padahal dulu waktu nyanyi itu saya blm pernah ke padang. setahun setelahnya akhirnya kesampaian juga.
Yah itulah pengalaman masa SD yang kalau diingat bikin ketawa-ketawa sendiri. Kalau sekarang mah ingat pakaian adat jadi ingat pakaian jepang yang keren banget,,, pakaian sari india yang unik… hoo globalisasi,,,
Trus kalau ditanya, tarian apa yang saya suka,,, pasti udah ketebak yah lagi2 dari minangkabau,, hahahaha tapi emang saya dulu suka liat orang nari ‘tari Indang’ *din din badindin* di pertemuan-pertemuan keluarga minang waktu saya kecil. Sebenarnya saya suka berbagai tarian dari bermacam-macam daerah. Justru tari-tarian adalah simbol budaya yang paling menonjol bagiku dibanding alat musik atau senjata, dll. Hooo kalau nonton pagelaran seni dan budaya ITB kemarin, saya jadi pengen belajar nari daerah lagi, saya jadi pengen make pakaian adat lagi (terhitung sampai skrg saya hanya pernah make baju bodo dari sulawesi selatan). Mmmm pengen make pakaian adat daerah lain… Itu baru atribut kebudayaan Indonesia, masih banyak khazanah kebudayaan Indonesia,, apalagi tempat-tempatnya,,,huih membuatku jadi pengen jalan-jalan…. hehehe ada yang mau ngajakin gk,,, secara keinginanku belum kesampaian yaitu keliling jawa. mauuuu *selesaikan TA,,, woi,,,

SATE

Saatnya makan tidak untuk sekedar kenyang

SATE

sate-m-harris.jpg

Salah satu masakan khas Indonesia adalah sate. Sate itu sendiri di Indonesia banyak jenis dan beragam cita rasanya. Mulai dari sate madura, sate padang, sate pentul, sate torpedo, sampai sate maringi. Penamaan sate itu mengikuti asal penjual atau ciri khas bentuk bahan/bumbu utama sate setelah para penjualnya malang-melintang menjajakan sate buatan mereka.
Selain itu, ada juga nama sate karena kekhasan penjual atau warung satenya, misalnya, sate kumis, sate senayan, atau sate kiloan. Sate kiloan sendiri tampaknya belum populer atau belum menjamur di Jakarta. Warung sate kiloan ini banyak dijumpai di Jalan Raya Babakan Madang Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Belasan warung sate disana memasang besar-besar kata sate kiloan, melengkapi nama warungnya. Ada juga warung sate yang hanya memasang pelang nama “Sate Kiloan”. Banyak warga Jakarta yang ke Bogor lewat Jalan Tol Jagorawi sengaja keluar di pintu tol Sirkuit Sentul untuk kemudian melintas di Jalan Raya Babakan Madang lalu mampir di salah satu warung sate kiloan yang ada di pinggir jalan itu.

Jumat, 16 Oktober 2009

MAKANAN KHAS INDONESIA

MAKANAN KHAS INDONESIA
Halaman ini berisi daftar makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia.

  • Kota Bandung - julukan: Kota Kembang
    • Makanan: Peuyeum Bandung, Bakso Tahu Goreng, Colenak, Mie Koclok
    • Minuman: Bandrek, Bajigur
  • Bali-julukan: Pulau Dewata
    • Makanan: Betutu, Lawar, Rujak Kuah Pindang, Tipat Cantok, Pelecing, Sate Pelecing ( Singaraja), Sio Bak Singaraja, Serombotan,Entil, Tum, Babi Guling, Be Mesere, Lawar Kuwir, Be Genyol,Sate Lilit, Sate Sere lemo, Taluh Mebejek, Rujak Cuka, Rujak Bancih, Be Pasih sambel Matah, Sudang Sudaji, Gerang Sambel Bawang, Sambel Bongkot, Pesan Clengis, Pesan Polo, Sate Be Pasih
    • KUE : Jaja Uli, Jaja Bendu, Kelepon, Laklak, Lupis, Ongol - Ongol,Bubuh Sumsum,
    • Snack : Kacang Asin, Kacang Disco, Keripik Sela
    • Minuman: Brem, Kopi Bali
  • Kota Gresik - julukan: Kota Pudak
    • Makanan: Pudak, otak-otak
    • Minuman: -
  • Kota Jakarta - julukan:
    • Makanan: Sop kambing, Ketoprak,
    • Minuman: Es teler
  • Kota Kediri - julukan: Kota Tahu
    • Makanan: Tahu
    • Minuman:
  • Kota Ketapang
    • Makanan: Asam pedas sembilang terong asam, Asam pedas tempoyek, ketupat Colet dan sambal ale ale, serundeng ale ale
    • Kudapan: Jenurai, bingke kelapa muda, amplang, kekicak, jenjorong.
  • Kota Lamongan - julukan: Kota Tahu Campur
    • Makanan: Tahu campur
    • Minuman:
  • Kota Madiun - julukan: Kota Pecel
    • Makanan: Pecel
    • Minuman:
  • Kota Makassar - julukan: Kota Anging Mamiri
    • Makanan: Coto Makassar, palu basa, palu butung, palu mara, sop sodara, Mie Yanto, nyuknyang, jalangkote, putu, kacang disko, mie TiTi, pisang epe, ikan bakar, sop konro
    • Minuman: Es Palubutung, es pisang ijo
  • Kota Manado - julukan: Kota Tinutuan
    • Makanan: Tinutuan(Bubur Manado),Nasi Jaha,Daong Pangi,Ragey,Cakalang Fufu, RW, Paniki,Mie Lao2 Garuda,Biapong, Acar Kuning,Sayor Paku,Nasi Kuning,Klapertart
    • Minuman: Saguer
  • Kota Medan - julukan:
    • Makanan: Angsle, Bika Ambon
    • Minuman:
  • Kota Padang - julukan: Kota Rendang
    • Makanan: Rendang , Dendeng Balado , Ikan Sampadeh, nasi ramas
    • Minuman: Teh Talua (Teh Telur),
  • Kota Palembang - julukan: Kota Pempek
    • Makanan: Pempek, Tekwan
    • Minuman:
  • Kota Pekanbaru - julukan:
    • Makanan: Lempok Durian, Kue Bangkit
    • Minuman: Jus jagung
  • Kota Pontianak - julukan: Kota Khatulistiwa
    • Makanan: Ikan Asam Pedas
    • Minuman: Es lidah buaya
  • Kota Solo - julukan: Kota Timlo
    • Makanan: Timlo, Nasi Liwet, Garang Asem, Srabi Notosuman, Cabuk Rambak, Tengkleng, Selat Solo, Sate Buntel, Nasi Langgi, Sambel Tumpang, Tahu Kupat, Bakmi Ketoprak, Soto Gading, Gule Goreng, Roti Mandarin, Abon Varia, Intip Goreng, Bubur Kacang Ijo, Usus Goreng, Sosis Solo, Tongseng, Roti Kecik, Roti Semir, Semar Mendhem, Jadah Blondo, Karak, Tahu Acar, Ampyang, Carang Gesing
    • Minuman: Dawet Ayu, Wedang Dongo, Gempol Plered, Es Puter, Kawis Cao, Beras Kencur, Serbat
  • Kota Tegal - julukan: kota bahari, jepangnya indonesia
    • Makanan: tahu aci, tahu pletok, pilus, kerupuk antor, kacang bogares, soto tauco, martabak lebaksiu, kerupuk mie, lengko
    • Minuman: teh poci, teh gopek, teh botol sosro, dawet beras&aci
  • Kota Yogyakarta - julukan: Kota Gudeg
    • Makanan: Gudeg, geplak, tiwul, gaplek, gatot, bakpia, yangko, rempeyek, apem,
    • Minuman: Es Dawet, wedang ronde, wedang secang, minuman rosella, wedang jahe, wedang bajigur
  • Kota Bojonegoro - julukan: Kota Ledre
    • Makanan: Ledre ( kue / keripik pisang raja )
    • Minuman:

Sabtu, 10 Oktober 2009

Download Mp3 Free

silahkan anda Download Mp3 Free di kusirmedia

Priangan

Selamat Datang

pak numpang ngalink, by : Fajar maulana kelas X-3

Budaya Indonesia

KEBUDAYAAN INDONESIA
Kebudayaan Indonesia bisa di artikan seluruh cirikhas suatu daerah yang ada sebelum terbentuknya nasional Indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia.

Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan kebudayaan Arab.

Berikut kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia



A. NAMA-NAMA ALAT MUSIK DAERAH
1
Alosu
:
Berupa kotak anyaman daun kelapa, didalamnya berisi biji-biji - Dari Sulawesi Selatan.
2
Anak Becing
:
Berupa dua batang logam seperti pedayung – dari Sulawesi Selatan.
3
Angklung
:
Terbuat dari bambu – Dari Jawa Barat
4
Aramba
:
Bentuknya seperti bende - Dari Pulau Nias.
5
Arumba
:
Terbuat dari Bambu - Dari daerah Sunda.
6
Atowo
:
Sejenis genderang - Dari Papua.
7
Babun
:
Sejenis kendang - Dari Kalimantan Selatan.
8
Basa-basi
:
Sejenis terompet dari bambu yang di pasang rangkap – Dari  Sulawesi Selatan
9
Calung 
:
Terbuat dari bambu - Dari daerah Sunda
10
Cungklik
:
Sejenis kulintang dari kayu -Dari Pulau Lombok
11
Dog-dog
:
Sejenis genderang - Dari Jawa Barat.
12
Doli-doli
:
Berupa empat bilah kayu lunak - Dari Pulau Nias
13
Druri Dana
:
Berupa bambu yang dikerat seperti garpu penala - Dari Pulau Nias.
14
Faritia
:
Aramba kecil – Dari Pulau Nias
15
Floit
:
Seruling bamhu- Dari daerah Maluku
16
Foi Mere
:
Sejenis seruling-Dari Pulau Flores
17
Gamelan Bali
:
Seperangkat alat musik - Dari daerah Bali 
18
Gamelan Jawa
:
Seperangkat alat musik -Dari Jawa tengah
19
Gamelan Sunda 
:
Seperangkat alat musik - Dari Daerah Sunda
20
Garantung
:
Berupa biulah-bilah kayu yang di gantung – Dari Tapanuli.
21
Gerdek
:
Seruling tempurung – Dari daerah Kalimantan.
22
Gonrang
:
Sejenis kendang – Dari daerah Simalungun.
23
Hapetan
:
Sejenis kacapi – Dari Tapanuli
24
Kecapi
:
Gitar kecil dengan dua dawai – terdapat di seluruh Nusantara
25
Keloko
:
Terompet kulit kerang - Dari Doro Fores Timur
26
Kere-kere Galang
:
Sejeris rebab - Dari daerah Goa.
27
Keso-keso
:
Sejenis seruling - Dari daerah Goa.
28
Kinu
:
Sejenis seruling - Dari Pulau Roti.
29
Keledi
:
Alat musik tiup – Dari Kalimantan.
30
Kolintang
:
Berupa bilah-bilah kayu yang disusun di atas kotak kayu - Dari Minahasa.
31
Lembang
:
Sending panjang - Dari daerah Toraja.
32
Nafiri
:
Alat musik tiup - Dari Maluku.
33
Popondi 
:
Alat musik petik - Dari Toraja, Sulawesi Selatan.
34
Rehab
:
Alat musik gesek - Dari Jawa Barat.
35
Sampek 
:
Sejenis gitar – Dari Dayak Kalimantan.
36
Sasando
:
Alat musik petik -Dari Nusa Tenggara Timor.
37
Seluang 
:
Seruling bambu - Dari Minangkabau
38
Serunai
:
Alat musik tiup - Dari Sumatra.
39
Siter/Celempung 
:
Alat music petik – Dari Jateng, dan Jabar
40
Talindo
:
Alat musik petik - DariSulawesi.
41
Talempong  Pacik 
:
Alat musik pukul seperti gong kecil - Dari Sumbar, 
42
Tifa
:
Genderang kecil - Dari Maluku atau Papua
43
Totobuang
:
Sejenis talempong - Dari Maluku. 

B. NAMA-NAMA RUMAH ADAT

1.    Provinsi DI Aceh.

Rumah Adat Aceh berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramue Keu (serambi depan), Rumah Inong (serambi tengah), dan Seurarnoe Likot (serambi belakang). Selain itu ada rumah berupa lumbung padi yang dinamakan Krong Pade atau Berandang.

2.    Provinsi Sumatra Utara

Rumah adat Sumatra Utara Jahu ba1on, sebuah rumah pertemuan keluarga besar. Berbentuk pangung dan ruang atas untuk tempat tinggal. Pada ruang ini tak ada kamar-kamar dan biasanya 8 keluarga tinggal bersama-sama. Tempat tidur lebih tinggi dari dapur.

3.    Provinsi Sumatra Barat

Rumah adat untuk tempat tinggal di Sumatra Barat adalah Rumah Gadang. Rumah tersebut dapat dikenali dari tonjalan atapnya yang mencuat ke atas yang bermakna menjurus kepada Yang Maha Esa. Tonjolan itu di namakan gojong yang banyaknya 4-7 buah.

4.    Provinsi Riau

Rumah adat di daerah Riau bernama Selaso Jatuh Kembar. Ruangan rumah ini terdiri dari ruangan besar untuk tempat tidur. ruangan bersila, anjungan dan dapur. Rumah adat ini dilengkapi pula dengan Balai Adat yang dipergunakan untuk pertemuan dan musyawarah adat.

5.    Provinsi Jambi

Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako, merupakan rumah tinggai yang terbagi dalam 8 ruangan. Ruang Jogan, Serambi depan. Serambi dalam. kamar Amben melintang. Serambi belakang, ruang Laren. ruang Garang. ruang Tengganai.

6.    Provinsi Sumatra Selatan.

Rumah adat Sumatra Selatan bernama Rumah Limas. Merupakan rumah panggung berjenjang lima dengan bermakna Lima Emas. yaitu keagungan, rukun dan damai, sopan santun, aman dan subur, sertamakmur dan sejahtera.

7.    Provinsi Lampung

Rumah adat di Lampung ialah Rumah Sesat, yang digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga. Jambal Agung atau Lorong Agung adalah nama tangga menuju Rumah Sesat.

8.    Provinsi Bengkulu   

Nama rumah adat daerah Bengkulu adalah Rumah Rakyat, terdiri 3 kamar yaitu : kamar orang tua, kamar gadis, dan kamar bujang. Kolong bawahnya untuk menyimpan kayu dapur dan    barang lainnya.

9.    Provinsi DKl. lakarta

Rumah tradisional khas Jakarta dinamakan Rumuh Kebaya. Atapnya berbcntuk. Joglo. Pembagian ruangannya, serambi depan disebut  Paseban. Dindingnya tcrbuat dari panil-panil yang dapat dibuka-huka dan digeser-geser ketepi. Hal ini dimaksudkan untuk ruangan yang lebiih luas. Bila suatu waktu di adakan acara selamatan atau hajatan.

10.    Provinsi Jawa Barat

Keroton Kasepuhan Cirebon merupakan model rumah adat Jawa Barat. Keraton ini terdiri 4 ruangan. Jinem atau pendopo, Pringgodani, ruang Probayasa, dan ruang Panembahan.

11.    Provinsi Jawa Tengah

Padepokan Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta. Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan. Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.

13.    Provinsi DI Yogyakarta

Bangsal Kencono Kraton Yogyakarta merupakan sebuah bangunan Pendopo model rumah adat daerah Yogyakarta. Di depan Bangsal Kencono terdapat dua patung batu Gupolo yang memegang gada (sejenis alat pemukul ).
14.    Provinsi Jawa Timur
Model rumah adat Jawa Timur Rumah Situbondo yang mendapat pengaruh dari rumah Madura. Rumah itu tidak meniliki pintu belakang dan tanpa kamar-kamar pula. Serambi depan tempat menerima tamu laki-laki dan tamu perempuan diterima di serambi belakang. Mereka masuk dari samping rumah.

15.    Provinsi Bali.

Gapura Candi merupakan pintu masuk rumah adat di Bali. Balai Bengang adalah tempat istirahat, dan Balai Wantikan adalah tempat adu ayam atau pagelalaran kesenian. Kori Agung adalah pinto masuk pada waktu upacara besar dan Kori Babetelan merupakan pintu masuk untuk keperluan keluarga.

16.    Provinsi Nusa Tenggara Barat

Istona Sultan Sumbawa merupakan model rumah adat daerah Nusa Tenggara Barat. Bangunan tersebut berlantai tiga, lerhuat dari kayu jati dan beratap strap. Lantai bawah tempat pengawalan. Lantai kedua, tempat kediaman sultan dan permaesuri. Sedangkan disediakan untuk para putri dan keluarga lainnya.

17.    Provinsi Kalimantan Timur

Rumah adat daerah Nusa Tenggara Timur adalah Rumah Musalak. Rumah itu berbentuk panggung dan di bawahnya terdapat balai panjang tempat menerima tamu. Tiang-tiangnya berdiri pada landasan batu besar, sehingga tidak perlu di tanam dalam tanah.

.
Powered By Blogger

Pengikut